Sunday, August 8, 2010

Mengawal Kolestrol Ketika Puasa




Puasa idealnya membuat pola makan teratur. Namun faktanya, jenis makanan yang dikonsumsi justru berlebihan kandungan gula dan lemak.



Duk! Duk! Duk! Begitu beduk terdengar, tak sabar rasanya ingin segera menyantap hidangan yang tersaji di atas meja. Hati-hati,Banyak lemak jahat dan gula-gula tak sehat bersembunyi di dalam hidangan berbuka puasa yang legit nikmat itu. Artinya, bahaya kolesterol yang tidak main-main.



“Kelebihan kolesterol dan menumpuk pada dinding pembuluh darah, akan mengakibatkan penebalan pada dinding pembuluh darah/ arterosklerosis, juga stroke . Selain itu, kelebihan trigliserida juga mengakibatkan penyakit jantung koroner,” ungkap Hersanti Sulistyaningrum, S.Gz , Kepala Instalasi Gizi Brawijaya Women and Children Hospital.





Awal Si Kolesterol Jahat
Sebenarnya lemak merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial dan alat angkut vitamin larut lemak (A, D, E, K). Lemak juga berfungsi sebagai pelumas, pemelihara suhu tubuh, serta pelindung organ tubuh agar tetap di tempatnya (melindungi dari benturan dan bahaya lain). Namun sayangnya, pada beberapa orang dengan gangguan metabolisme lemak akan terjadi hiperkolesterolemia (tingginya kadar kolesterol dalam darah) dan gangguan ini akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler.



Tingginya kolesterol dalam darah seringkali dikaitkan dengan kondisi seseorang dengan kekacauan metabolisme akibat hiperlipidemia (peningkatan kadar lipid) maupun hiperlipoproteinemi a (peningkatan kadar lipoprotein) . Ini disebabkan kolesterol dalam darah bergantung banyaknya kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein ke dalam darah.



Ada 4 jenis lipoprotein yang umum dikenal, LDL (low density lipoprotein ), VLDL (very low density lipoprotein ) dan HDL (high density lipoprotein ). LDL adalah lipoprotein yang dituding sebagai penyebab hiperkolesterolemia . Bila LDL tinggi dan HDL rendah, maka risiko serangan jantung meningkat.



Penyebab tingginya kadar kolesterol dalam darah disebabkan banyak faktor. Seperti, sindrom metabolik, diabetes melitus, hipotiroid, anoreksia, gangguan tidur, berat badan berlebih, faktor keturunan serta pola makan tinggi karbohidrat (terutama gula sederhana) dan lemak jenuh (terutama lemak trans).



Hanya sekitar 20 hingga 25 persen kolesterol dibentuk di dalam hati dan sedikit kolesterol yang diserap langsung dari makanan sehari-hari. Namun pola makan buruk juga menjadi pemicu dominan pada hiperlipidemia oleh faktor genetika.



Kolesterol vs Gemuk


Benarkah hanya orang gemuk yang mengidap kolesterol tinggi? Jawabannya adalah tidak. Kadar kolesterol tinggi tidak berkaitan secara langsung dengan berat badan. Tubuh kurus belum tentu terbebas dari hiperkolesterolemia .



Kolesterol sangat dipengaruhi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh. Misalnya, makanan yang digoreng dengan minyak goreng yang dipakai berulangkali, makanan yang banyak mengandung lemak hewani, serta makanan yang tinggi karbohidrat.



Fakta menyebutkan, konsumsi makanan tinggi karbohidrat (terutama olahan) meningkatkan trigliserida, menurunkan kadar HDL dan meningkatkan partikel LDL dalam darah, membuat pola distribusi kolesterol yang tak sehat. Jadi, hiperkolesterolemia tak hanya diidap orang gemuk, yang kurus pun bisa.



Makanan-makanan Tinggi Kolesterol



Kolesterol dibentuk di hati berdasarkan kadar kolesterol dalam darah pada saat itu. Apabila kadar kolesterol pada saat itu jumlahnya cukup banyak, maka hati tidak memproduksi kolesterol. Demikian pula sebaliknya, ketika kadar kolesterol rendah, maka hati akan memproduksinya. Proses pembentukan kolesterol ini tidak mengenal pagi, siang, ataupun malam.



Untuk mengurangi risiko pembentukan kolesterol, hindari makanan-makanan yang dicurigai dapat menaikkan kolesterol dalam darah.



Kolesterol hanya terdapat dalam makanan asal haiwan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, kuning telur, daging, susu full cream , keju, udang, dan kerang. Namun pada ayam dan ikan, kandungan kolesterol relatif sedikit.



Tanpa Gejala



Menurut jurnal medis, peningkatan kolesterol tidak mengakibatkan gejala spesifik. Namun bila kadar kolesterol di atas 200 mg/dl, sebaiknya waspada akan risiko gangguan kardiovaskuler.



Konsumsi makanan secara seimbang dan kurangi konsumsi makanan dengan lemak jenuh berlebih (gorengan dan jeroan) adalah cara menurunkan risiko tersebut.



Selain itu, konsumsilah serat tinggi mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah secara signifikan, serat (pektin) dapat menyerap kolesterol dalam usus halus dan dikeluarkan melalui feses.



Serat ini bisa didapat dari konsumsi sumber nabati seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian (seperti havermout, katul dan beras merah).



Sisi Buruk Kolesterol



Kolestrol memang dibutuhkan tubuh, namun di sisi lain, ia dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah. Pada jangka waktu lama ia dapat menjadi penyebab gangguan jantung koroner, penyakit serebrovaskular dan gangguan-gangguan yang lain.



Ada beberapa hal yang dikaitkan dengan efek buruk kolesterol, yakni lipoprotein (alat angkut lemak/ lipid) dan trigliserida. HDL merupakan lipoprotein yang bertugas mengambil kolesterol serta fosolipida dari dalam darah dan menyerahkan pada lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati. Kemudian lemak akan diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Inilah mengapa, kadar HDL yang tinggi seringkali dianggap sebagai indikasi kadar kolesterol masih baik.



Sedangkan reseptor LDL di dalam hati mengatur kolesterol darah. Jika LDL meningkat, maka sel-sel perusak akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak yang bercampur dengan protein, akan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium sehingga dalam jangka waktu bertahun-tahun bisa terjadi arteriosclerosis (penebalan dinding dan penyempitan pembuluh darah penyebab tekanan darah dan beban kerja jantung meningkat, red.).



Ada pula yang dikenal dengan VLDL, dimana merupakan alat angkut lemak yang dibentuk di dalam hati dan terdiri atas trigliserida. Nah, trigliserida itu sendiri merupakan lipida utama dalam makanan yang fungsi utamanya sebagai zat energi. Kadar trigliserida plasma banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan.



Kenaikan kadar trigliserida dalam plasma (hipertrigliseridem ia) juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner.



Laili Damayanti

No comments: